Minggu, 05 November 2017

                  Flowchart proses Uji Lendutan Batang
Penjelasan Flowchart Pengujian Lendutan Batang
1.    Persiapan Alat
Persiapkan alat seperti batang kantilever, beban, dial indicator.
2.    Memberi Beban pada Ujung batang Bebas
Berikan beban pada ujung batang bebas batang kantilever.
3.    Memberi Pemberat
Beri Pemberat pada batang kantilever kemudian catat data pada dial indicator. Lakukan sebanyak 7x.
4.    Catat Penurunan Posisi Dial
Mencatatat penurunan posisi dial, ketika beban ditambahkan.
5.    Mencatat Data
Mencatat data yang telah dilakukan pengujian.
6.    Melakukan Perhitungan
Setelah data telah diambil, lakukan perhitungan untuk mencari nilai Modulus Young.

KESIMPULAN
Pengujian lendutan batang ini dapat mengetahui nilai modulus young suatu logam menggunakan batang dengan 2 tumpuan ujung.mekanika ini merupakan ilmu fisika yang berhubungan dengan benda diam atau bergerak dalam pengaruh gaya – gaya yang bekerja padanya.pada pengujian ini di dapatkan nilai rata-rata modulus young dari 6x percobaan sebesar 13480 Gpa


~ JURNAL TENTANG GETARAN MEKANIS ~


Pengaruh Getaran Mekanik Dan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Pada Laki-Laki Dan Perempuan
Dea Meita Wulandari1, Lovely Lady 2, Ani Umyati3.
JurusanTeknikIndustri, Fakultas Teknik Untirta
Jl.Jend.Sudirman Km.3Cilegon, Banten 42435
meytatuta@gmail.com1, lady1971@gamil.com2, ani_umyati@ft-untirta.ac.id3

 ABSTRAK 
Alat-alat bermesin berdampak terhadap tubuh manusia.Mesin yang bergerak menghasilkan lingkungan kerja fisik yang kurang baik seperti getaran dan kebisingan.Hasil penelitian Mustar Rusli, (2008) menjelaskan pengaruh getaran dan kebisingan kereta apidan hasilnyakebisingan berpengaruh terhadap tekanan darah sistole, sementara getaran mempengaruhi tekanan darah diastole.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besar getaran dan kebisingan pada percobaan alat simulator getaran dan mengetahui pengaruh getaran dan kebisingan terhadap tekanan darah 10 responden laki-laki dan 10 responden perempuan serta membandingkan perbedaan tekanan darah laki-laki dan perempuan setelah percobaan. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium RSK&E menggunakan alat simulator getaran.Hasil pengukuran rata-rata besar getaran pada laki-laki dan perempuan 2 m/s2.Besar intensitas kebisingan laki-laki 96 dB dan perempuan 97 dB. Hasil uji statistik paired sample t-test ada pengaruh getaran dan kebisingan terhadap tekanan darah sistole perempuan, sig 2 tailed<0.05 yaitu 0.009, tapi tidak ada pengaruh pada sistole laki-laki, sig 2 tailed>0.05 yaitu 0,886, diastole perempuan yaitu 0,589 dan diastole laki-laki yaitu 0,752. Hasil uji independent sample t-testada perbedaan pada tekanan darah sistole laki-laki dan perempuan, sig 2 tailed<0.05 yaitu 0,005 dan tidak ada perbedaan tekanan darah diastole laki-laki dan perempuan, sig 2 tailed>0.05 yaitu 0,425.
METODE PENELITIAN

a. Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian eksperimental.Penelitian ini ingin menegtahui pengaruh getaran mekanik dan kebisingan terhadap tekanan darah sistole dan diastole pada laki-laki dan perempuan melalui percobaan atau eksperiment dengan alat simulator getaran. Responden akan naik diatas simulator getaran selama 10 menit. sebelum diberi getaran dan kebisingan, responden diukur terlebih dahulu tekanan darahnya dan setelah diberi getaran dan kebisingan responden akan diukur kembali tekanan darahnya.

b. Subjek
Percobaan menggunakan responden mahasiswa Fakultas Teknik berjumlah 10 orang laki-laki dan 10 orang perempuan.Responden memiliki indeks massa tubuh normal, tidak merokok dan tidak meminum alkohol. Responden tidak memiliki riwayat penyakit kronis khususnya hipertensi.




c. Peralatan
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat simulator getaran, alat pengukur tingkat kebisingan (Sound Level Meter), alat pengukur tingkat getaran (Vibration Meter), alat pengukur tekanan darah, alat pengukur berat badan, dan alat pengukur tinggi badan

d. Prosedur Pengukuran
1. Pengukuran Kebisingan
- Ukur luas ruangan yang akan diambil data kebisingannya
- Tentukan titik pengukuran
- Nyalakan alat Sound Level Meter
- Ketinggian microphone adalah 1,2 meter – 1,5 meter dari permukaan lantai
- Setiap titik pengukuran dilakukan pengamatan selama 1 menit dengan 5 kali pembacaan sesuai SNI 7231:2009 tentangpengukuran intensitas kebisinganditempat kerja.
- Hasil pengukuranadalah angka yang ditunjukkan pada monitor.
- Masukkan ke rumus:
Leq = 10 Log ( 𝑖,10𝑛𝑖=1𝐿𝑖10 ) dB (1) Dimana : Leq = tingkat kebisingan ekivalen Fi =fraksi waktu terjadinya tingkat kebisingan pada interval waktu pengukuran tertentu Li = nilai kebisingan terukur Bandingkan intensitas masing-masing area dengan NAB kebisingan yaitu85 dBA (Keputusan Mennaker Nomor : KEP–51/MEN/I999).
2. Pengukuran Getaran
- Posisi responden duduk di kursi dan dibutuhkan alat bantu berupa lempengan besi
- Nyalakan alat Vibration Meter
- Tempelkan sensor magnet di lempengan besi sesuai arah getaran yaitu yaitu arah x (depan ke belakang), arah y (kiri ke kanan) dan arah z (atas ke bawah)
- Catat angka yang muncul di display
- Masukkan ke dalam rumus

𝛼𝑅𝑀𝑆= 𝛼π‘₯ 2+ 𝛼𝑦 2+ 𝛼𝑧 2(2) Keterangan: 𝛼π‘₯ = Percepatan pada arah fore-aft sumbu X π›Όπ‘Œ = Percepatan pada arah lateral sumbu Y 𝛼𝑍 = Percepatan pada arah vertikal sumbu Z Nilai Amabang Batas atau NAB getaran berdasarkan peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi PER/13/MEN/10/2011 tentang nilai ambang batas faktor fisika dan faktor kimia ditempat kerja pasal 6 tentang nilai ambang batas getaran alat kerja yang kontak langsung maupun tidak langsung terhadap tenaga kerja pada lengan dan tangan ditetapkan sebesar 4 m/s2 dan menjelaskan tentang ambang batas getaran kontak langsung maupun tidak langsung pada seluruh tubuh ditetapkan sebesar 1,15 m/s2.
3. Pengukuran Tekanan Darah
- Responden diposisikan duduk dengan tegak
- Manset tensimeter dililitkan dilengan atas sebelah kiri responden dan lilitannya diatur sejajar dengan jantung
- Setelah respponden siap maka tekan tombol start pada alat tensimeter. Manset akan langsung bekerja menekan lengan responden atau mengkerut. Setelah
beberapa setik manset akan melonggar dan pembuluh darah akan normal kembali.
- Pada layar tesnimeter akan muncul angka ukuran tekanan darah sistole dan diastole
4. Pengukuran Berat Badan
Penggunaan timbangan digital camry EB9003 adalah denganmenempatkan objek diatas timbangan tersebut hingga angka tertera dilayar timbangan.

5. Pengukuran Tinggi Badan

Penggunaan alatini adalah dengan cara memasangkannya pada dinding atau tembokdengan ketinggian 200 cm atau 2 m yang kemudian ditarik kebawahsecara horizontal dan berhenti di kepala objek pengukuran tersebut.

e. Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini diolah dengan menggunakan program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) edisi 16.Analisis ststistik digunakan untuk melihat pengaruh kebisingan dan getaran terhadap tekanan darah sebelum dan sesudah percobaan digunakan uji Paired Sample T-test pada tingkat kepercayaan 95 % (Ξ± = 0,05). Uji statisik untuk membandingkan setiap variabel dari populasi yang berbeda yaitu laki-laki dan perempuan digunakan ujiIndependent Sample T-test.

HASIL DAN PEMBAHASAN

a. Karakteristik Data Responden
1. Usia
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan responden dengan range usia 20-23 tahun dengan pekerjaan sebagai mahasiswa. Usia termuda adalah 19 tahun, dan usia tertua adalah 23 tahun. Rata—rata usia responden adalah 21 tahun dengan standar deviasi 1,06. Usia 21 tahun termasuk kedalam usia produktif dimana rentang usia produktif adalah 18-45 tahun. Pada usia produktif, kekuatan organ-organ tubuh masih sangat baik, termasuk tekanan darah. Tekanan darah untuk usia produktif masih normal dan tidak mudah naik.
Hastuti (2005) mengatakan bahwa tekanan darah akan naik terus perlahan-lahan seiring dengan bertambahnya usia dan akan naik tajam sesudah usia 40 tahun sedangkan untuk tekanan darah diastolik akan tetap naik perlahan-lahan sampai usia 60 tahun kemudian cenderung turun setelah itu. Bertambahnya usia menyebabkan kelenturan atau elastisitas pembuluh darah semakin berkurang artinya ketika denyut jantung meningkat akibat sistem saraf yang dirangsang oleh lingkungan luar yaitu kebisingan, maka pembuluh darah kurang bisa melebar karena berkurangnya keelastisitasannya sehingga kenaikan tekanan darah akan semakin tinggi. Pada penelitian Heryudarini Harahap (2008) terdapat hubungan yang bermakna antara usiadengan tekanan darah sistole dan diastole. Setiap peningkatan usia 1 tahun akan meningkatkan tekanan darah sistole sebanyak 0,493 mm/Hg dan tekanan darahdiastole sebanyak 0,189 mm/Hg.
2. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini ada 10 orang responden laki-laki dan 10 orang reponden perempuan. Dalam penelitian ini, ingin melihat perbedaan jenis kelamin mempengaruhi tekanan darah atau tidak. Hasil pengolahan data yaitu rata-rata tekanan darah sistole laki-laki 114,2 mm/Hg lebih besar dari rata-rata tekanan darah sistole perempuan yaitu 104,9 mm/Hg, setelah di analisis dengan statistik uji independent sample t-test didapatkan hasil bahwa nilai sig 2 tailed < 0,05 yaitu sebesar 0,005 sehingga tolak Ho yang artinya bahwa ada perbedaan tekanan darah sistole pada laki-laki dan perempuan setelah percobaan alat simulator getaran. Pada tekanan darah diastole, rata-rata tekanan darah diastole laki-laki 74 mm/Hg lebih besar dari rata-rata tekanan darah diastole perempuan yaitu 71,2 mm/Hg setelah di analisis dengan statistik uji independent sample t-test didapatkan hasil bahwa nilai sig 2 tailed > 0,05 yaitu sebesar 0,425 sehingga terima Ho yang artinya bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah diastole pada laki-laki dan perempuan setelah percobaan alat simulator getaran. Secara fisiologis, pria mempunyai darah yang kurang lebih satu liter lebih banyak dari pada wanita. Selain itu dimensi jantung pada pria lebih besar sehingga volume sedenyut lebih besar, volume paru-paru pria lebih besar 10 %. Menurut Soni (2007) pada masa remaja, tekanan darah pria cenderung lebih tinggi daripada wanita. Perbedaan ini terlihat paling jelas pada usia dewasa muda dan usia pertengahan. Semakin tua, perbedaan tersebut makin menyempit bahkan cenderung menjadi terbalik.Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29untuk kenaikan tekanan darah sistole dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik.
Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Heryudarini Harahap (2008) yang hasil peneitiannya menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan tekanan darah diastole. Tekanan darah diastole perempuan lebih rendah 3,4 mm/Hg dibandingkan laki-laki. Hormon-hormon wanita disebutkan sebagai salah satu faktor yang mempengaruhi tekanan darah perempuan sehingga lebih rendah dibandingkan tekanan darah laki-laki.

3. Indeks Massa Tubuh

Dalam penelitian ini,. rata-rata berat badan responden adalah 53,60 kg dan rata-rata tinggi badan adalah 163 cm. Setelah dimasukkan ke dalam rumus IMT hasilnya adalah semua responden memiliki nilai IMT normal. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan tekanan darah telah dilaporkan dalam beberapa studi.Berat badan dan IMT berkolerasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.Dalam penelitian Heryudarini Harahap (2008) menyebutkan bahwa terdapat hubungan anatar IMT atau Indeks Massa Tubuh dengan tekanan darah sistole. Setiap peningkatan 1 poin IMT akan meningkat tekanan darah sistole sebanyak 0,362 mm/Hg.

4. Merokok

Responden pada penelitian ini tidak ada yang merokok, sehingga tekanan darah semua responden dalam keadaan normal tidak dipengaruhi oleh zat-zat berbahaya seperti nikotin dalam rokok yang dapat mempengaruhi tekanan darah. . Menurut Khosla dan Lowe dalam Lilyana (2008) menjelaskan fakta bahwa berat badan perokok lebih ringan 10 sampai 20 pon dibandingkan dengan non perokok dengan jenis kelamin, usia dan tinggi badan yang sama.

5. Alkohol

Pada penelitian ini, data responden yang didapat tidak ditemukan responden yang mengkonsumsi atau meminum alkohol.Beberapa studimenunjukkan hubungan langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa efek terhadap tekanan darah baru nampak apabilamengkonsumsi alkohol sekitar 2 - 3 gelas ukuran standar setiap harinya.

6. Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit terutama hipertensi akan mempengaruhi kondisi tekanan darah responden, sehingga dalam penelitian ini respondennya tidak memiliki riwayat penyakit hipertensi. Seseorang yang pernah memiliki penyakit hipertensi akan cepat mudah naik tekanan darahnya. Pembuluh darah yang elastis akan mudah sekali membesar untuk orang yang pernah memiliki penyakit hipertensi.
Pada penelitian Hayyu (2012), seseorang berusia 18-44 tahun yang memiliki riwayat penyakit hipertensi pada salah satu atau kedua orang tuanya beresiko 2,15 kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Penelitian Heryudarini Harahap (2008) menyebutkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara riwayat keturunan hipertensi dengan tekanan darah sistole dan diastole. Subjek dengan riwayat keturunan hipertensi mempunyai tekanan darah sistole lebih tinggi 4,8 mm/Hg, dan diastole lebih tinggi 3,5 mm/Hg dibandingkan dengan subjek yang tidak mempunyai riwayat keturunan hipertensi.

b. Hasil Pengukuran Getaran

Berdasarkan hasil pengukuran besar percepatan getaran pada percobaan alat simulator getaran, rata-rata besar percepatan pada responden laki-laki adalah 1,82 ≈ 2 m/s2. Untuk responden perempuan rata-rata besar percepatan getaran adalah 2,12 ≈ 2 m/s2. Nilai Ambang Batas atau NAB untuk percepatan getaran seluruh tubuh atau Whole Body Vibration berdasarkan European Union Phsycal Agent (vibration) Directive (2001) adalah 1,15 m/s2. Besarnya kedua percepatan responden laki-laki maupun perempuan melebihi nilai ambang batas dan cukup berbahaya untuk kesehatan.

c. Hasil Pengukuran Kebisingan

Berdasarkan hasil pengukuran besar intensitas kebisingan pada percobaan alat simulator getaran, rata-rata besar intensitas kebisingan pada responden laki-laki adalah 96,47 ≈ 96 dB. Untuk responden perempuan rata-rata besar intensitas kebisingan adalah 97,01 ≈ 97 dB. Nilai Ambang Batas atau NAB untuk intensitas kebisingan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per.13/Men/X/2011 Tahun 2011 adalah 85 dB.Besarnya kedua intensitas responden laki-laki maupun perempuan melebihi nilai ambang batas dan masuk kedalam kategori sangat kuat dan cukup berbahaya untuk kesehatan. Menurut Suma’mur (1994) menyebutkan bahwa faktor-faktor kebisingan yang menyebabkan ketulian diantaranya intensitas kebisingan atau besarnya kebisingan yang terpapar, lamanya paparan yang diterima, dan kerentanan setiap individu terhadap kebisingan.

d. Tekanan Darah Sistole

Pada responden laki-laki, hasil pengukuran rata-rata sebelum percobaan alat simulator getaran tekanan darah sistole adalah 113,8 mm/Hg. Setelah percobaan alat simulator getaran rata-ratanya adalah 114,2 mm/Hg.Pada responden perempuan, hasil pengukuran rata-rata sebelum percobaan alat simulator getaran tekanan darah sistole adalah 111,7 mm/Hg. Setelah percobaan alat simulator getaran rata-ratanya adalah 104,9 mm/Hg.

e. Tekanan Darah Diastole

Pada responden laki-laki, hasil pengukuran rata-rata sebelum percobaan alat simulator getaran tekanan darah diastole adalah 74,3 mm/Hg. Setelah percobaan alat simulator getaran rata-ratanya adalah 74 mm/Hg. Untuk responden perempuan, hasil pengukuran rata-rata sebelum percobaan alat simulator getaran tekanan darah diastole adalah 72,5 mm/Hg. Setelah percobaan alat simulator getaran rata-ratanya adalah 71,2 mm/Hg. Banyak faktor yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah salah satunya yaitu seperti lamanya pemaparan getaran karena seperti yang disebutkan dalam disertasi Lovely Lady 2013 dibutuhkan waktu selama 5 detik untuk periode penyesuaian pada operator yang terpapar getaran, karena lamanya percobaan dalam penelitian ini adalah 10 menit maka tubuh responden sudah beradaptasi dengan getaran sehingga tidak terlihat kenaikan pada tekanan darah sistole maupun tekanan darah diastole responden.

f. Pengaruh Getaran dan Kebisingan Terhadap Tekanan Darah Sistole

Setelah dilakukan pengolahan data dengan SPSS 16 melalui uji Paired Sample T-test hasilnya adalah pada responden laki-laki diperoleh bahwa nilai sig. 2-tailed> 0.05 yaitu 0,886sehingga H0 diterima yaitu tidak ada perbedaan pada tekanan darah sistole sebelum dan sesudah percobaan alat simulator getaran pada responden laki-laki. Tidak adanya perbedaan ini menunjukkan bahwa tekanan darah sistole tidak dipengaruhi oleh getaran dan kebisingan sehingga tidak berbeda keadaan sebelum dan sesudah percobaan. Pada responden perempuan, diperoleh bahwa nilai sig. 2-tailed< 0.05 yaitu 0,009 sehingga H0 ditolak yaitu ada perbedaan tekanan darah sistole sebelum dan sesudah pada responden perempuan.Adanya perbedaan ini menunjukkan bahwa tekanan darah sistole dipengaruhi oleh getaran dan kebisingan sehingga berbeda tekanan darah sistole keadaan sebelum dan sesudah percobaan.Penelitian ini sejalan dengan penelitian Rian Ardiansyah (2012) berdasarkan uji chi-square menunjukan bahwa ada hubungan antarapengaruh intensitas kebisingan dengan tekanan darah sistole dengan Sig nilaiprobabilitas chi-square adalah 0.005 lebih kecil dari 0.05 artinya kesimpulan H1yangditerima.

g. Pengaruh Tekanan Darah

Pada tekanan darah diastole hasil uji Paired Sample T-test adalah pada responden laki-laki diperoleh bahwa nilai sig. 2-tailed> 0.05 yaitu 0,752sehingga H0 diterima yaitu tidak ada perbedaan pada tekanan darah diastole sebelum dan sesudah percobaan alat simulator getaran pada responden laki-laki. Tidak adanya perbedaan ini menunjukkan bahwa tekanan darah diastole tidak dipengaruhi oleh getaran dan kebisingan sehingga tidak berbeda keadaan sebelum dan sesudah percobaan.
Pada responden perempuan, diperoleh bahwa nilai sig. 2-tailed< 0.05 yaitu 0,589 sehingga H0 diterima yaitu tidak ada perbedaan pada tekanan darah diastole sebelum dan sesudah percobaan alat simulator getaran pada responden perempuan. Tidak adanya perbedaan ini menunjukkan bahwa tekanan darah diastole tidak dipengaruhi oleh getaran dan kebisingan sehingga tidak berbeda keadaan sebelum dan sesudah percobaan. Banyak faktor yang dapat menyebabkan penurunan tekanan darah salah satunya yaitu seperti lamanya pemaparan getaran karena seperti yang disebutkan dalam disertasi Lovely Lady 2013 dibutuhkan waktu selama 5 detik untuk periode penyesuaian pada operator yang terpapar getaran, karena lamanya percobaan dalam penelitian ini adalah 10 menit maka tubuh responden sudah beradaptasi dengan getaran sehingga tidak terlihat kenaikan pada tekanan darah sistole maupun tekanan darah diastole responden.

h. Perbedaan Tekanan Darah Laki-laki dan Perempuan

Setelah di analisis dengan statistik uji independent sample t-testdidapatkan hasil bahwa nilai sig 2 tailed < 0,05 yaitu sebesar 0,005 sehingga tolak Ho yang artinya bahwa ada perbedaan tekanan darah sistole pada laki-laki dan perempuan setelah percobaan alat simulator getaran. Pada tekanan darah diastole, rata-rata tekanan darah diastole laki-laki 74 mm/Hg lebih besar dari rata-rata tekanan darah diastole perempuan yaitu 71,2 mm/Hg setelah di analisis dengan statistik uji independent sample t-testdidapatkan hasil bahwa nilai sig 2 tailed > 0,05 yaitu sebesar 0,425 sehingga terima Ho yang artinya bahwa tidak ada perbedaan tekanan darah diastole pada laki-laki dan perempuan setelah percobaan alat simulator getaran. Secara fisiologis, pria mempunyai darah yang kurang lebih satu liter lebih banyak dari pada wanita. Selain itu dimensi jantung pada pria lebih besar sehingga volume sedenyut lebih besar, volume paru-paru pria lebih besar 10 %. Pada masa remaja, tekanan darah pria cenderung lebih tinggi daripada wanita. Perbedaan ini terlihat paling jelas pada usia dewasa muda dan usia pertengahan. Semakin tua, perbedaan tersebut makin menyempit bahkan cenderung menjadi terbalik.Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita. Namun, setelah memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita tinggi. Bahkan setelah umur 65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang diakibatkan oleh faktor hormonal. Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, dimana pria lebih banyak menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk kenaikan tekanan darah sistole dan 3,76 untuk kenaikan tekanan darah diastolik.


KESIMPULAN
Setelah dilakukannya pengumpulan data dari percobaan alat simulator getaran dan pengolahan data maka berikut adalah hasil yang dapat disimpulkan dari penelitian ini adalah berdasarkan hasil pengukuran rata-rata besar getaran pada laki-laki dan perempuan adalah 2 m/s2.Besar intensitas kebisingan pada laki-laki adalah 96 dB dan pada perempuan adalah 97 dB. Analisis data menggunakan uji paired sample t-test dan independent sample t-test. Hasil uji statistik bahwa ada pengaruh getaran dan kebisingan terhadap tekanan darah sistole perempuan dengan sig 2 tailed<0.05 yaitu 0.009, tapi tidak ada pengaruh pada sistole laki-laki sig 2 tailed>0.05 yaitu 0,886, diastole perempuan sig 2 tailed>0.05 yaitu 0,589 dan diastole laki-laki sig 2 tailed>0.05 yaitu 0,752. Ada perbedaan pada tekanan darah sistole laki-laki dan perempuan nilai sig 2 tailed<0.05 yaitu 0,005 dan tidak ada perbedaan tekanan darah diastole laki-laki dan perempuan nilai sig 2 tailed>0.05 yaitu 0,425.






Analisis Sinyal Getaran untuk Menentukan Jenis dan Tingkat Kerusakan Bantalan Bola (Ball Bearing)

Suhardjono Dosen Fakultas Teknologi Industri, Jurusan Teknik Mesin,
Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Kampus ITS Keputih, Sukolilo, Surabaya 60111.

Abstrak
Abstrak Seorang Insinyur (Engineer) mesin dapat mendeteksi jenis dan tingkat kerusakan mesin dengan sinyal getarannya bak seorang dokter mendeteksi penyakit pasiennya dengan menganalisa denyut/detak jantungnya. Getaran merupakan respon dari sebuah sistem mekanik baik yang diakibatkan oleh gaya eksitasi yang diberikan maupun perubahan kondisi operasi sebagai fungsi waktu. Gaya yang menyebabkan getaran ini dapat ditimbulkan oleh beberapa sumber misalnya kontak/benturan antar komponen yang bergerak/berputar, putaran dari massa yang tidak seimbang (unbalance mass), misalignment dan juga karena kerusakan bantalan (bearing fault) yang akan menjadi topik penelitian ini. Jenis kerusakan bantalan bola baik akibat kerusakan lokal maupun yang terdistribusi ditunjukkan oleh adanya getaran dengan frekuensi tertentu yang muncul, sedangkan tingkat kerusakan pada umumnya diketahui dari besarnya amplitude getarannya. Metode yang paling mutakhir untuk mendeteksi kerusakan pada bantalan bola adalah dengan mengukur karakteristik getarannya baik dalam domain waktu maupun domain frekuensi yang terjadi pada arah radial. Percobaan untuk mengetahui dan mempelajari spektrum getaran akibat kerusakan bantalan bola ini dilakukan pada mesin gerinda bangku dengan mengganti beberapa jenis bantalan yang sengaja dirusak. Analisis perbandingan sinyal getaran antara bantalan bola yang berkondisi baik (normal) dan yang dibuat cacat pada komponennya secara bertingkat sedemikian rupa sehingga dapat ditentukan jenis dan tingkat kerusakan bantalan bola tersebut. Secara umum hasil dari percobaan ini dapat disimpulkan bahwa sinyal getaran untuk bantalan yang baik mendekati harmonik (sinusoidal), sedangkan yang rusak sinyal getarannya berbentuk stokastik (random). Untuk menentukan jenis kerusakan lintasan dalam, luar atau kerusakan bola harus disinkronkan antara frekuensi getaran dan perhitungan yang berdasarkan data dari parameter bantalannya, yaitu diameter lintasan dalam atau luar, jumlah bola dan putaran poros. Aplikasi hasil penelitian ini adalah monitoring getaran (vibration monitoring) untuk “predictive maintenance”. Kata kunci: kerusakan bantalan, sinyal getaran, vibration monitoring, predictive maintenance.

1. Pendahuluan
 Sebuah mesin yang ideal sempurna pada prinsipnya tidak menimbulkan getaran sama sekali, karena seluruh energi yang dihasilkan diubah menjadi kerja. Namun di dunia ini tidak ada yang sempurna, sehingga sebagian energi salah satunya terbuang menjadi getaran. Getaran timbul akibat transfer gaya siklik melalui elemen-elemen mesin yang ada, dimana elemen-elemen tersebut saling beraksi satu sama lain dan energi didesipasi melalui struktur dalam bentuk getaran. Kerusakan atau keausan serta deformasi akan mengubah karakteristik dinamik sistem dan cenderung meningkatkan energi getaran. Metode masa lalu dengan cara mendengarkan suara mesin dan menyentuh/meraba (hearing and touching) dikembangkan untuk menentukan apakah mesin bekerja baik atau tidak, tetapi metode klasik tersebut tidak lagi andal untuk saat ini, karena dua faktor berikut ini :

          1. Mesin-mesin modern dirancang untuk berjalan secara otomatis, sehingga interaksi antara manusia (operator) dan mesin tidak lagi efektif dan ekonomis
2. Kebanyakan mesin-mesin modern beroperasi pada putaran/kecepatan tinggi, dimana getaran yang timbul banyak yang berfrekuensi tinggi dan tidak lagi dapat dibedakan oleh indra manusia, sehingga dibutuhkan alat untuk mendeteksi dan mengukurnya. Oleh karena itu untuk mengatasi salah satu permasalahan di atas dikembangkan metode untuk mendeteksi jenis kerusakan dan tingkat kerusakan bantalan bola dari karakteristik sinyal getarannya. Selanjutnya metode ini banyak diaplikasikan pada condition based maintenance yang ekonomis.

2. Tinjauan
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik sinyal getaran akibat kerusakan bantalan dengan beberapa jenis cacat lokal dan tingkat kerusakannya.

3. Dasar Teori
Beberapa penyebab kerusakan bantalan diantaranya adalah keretakan bantalan, keausan, pemasangan yang tidak sesuai, pelumasan yang tidak cocok, kerusakan dalam pembuatan komponen, diameter bola yang tidak sama. Getaran yang timbul tentu saja disebabkan oleh adanya gaya kontak pada kerusakan tersebut. Pada bantalan ideal, besarnya gaya kontak akan sama pada setiap bola dan pada setiap posisi bola. Bila pada bantalan bola terdapat kerusakan maka besarnya gaya kontak tidak lagi seragam. Hal inilah yang menimbulkan getaran yang tidak beraturan. Gambar 1 di bawah ini menunjukkan komponen yang terdapat pada bantalan.

3.1 Jenis Kerusakan Bantalan Bola

Cacat pada bantalan bola dapat dikelompokkan dalam dua kategori yaitu: 1. Cacat Lokal Jenis cacat yang termasuk dalam cacat lokal adalah adanya goresan ataupun lubang pada lintasan dalam, lintasan luar dan bola. Sinyal yang dibangkitkan akibat cacat lokal ini berupa impuls, yaitu pada saat elemen rotasi bersentuhan dengan cacat lokal tersebut. 2. Cacat Terdistribusi Bila pada bantalan bola terdapat cacat terdistribusi, maka gaya kontaknya akan berubah secara periodik. Jenis cacat yang termasuk dalam kategori cacat terdistribusi ini adalah ketidakbulatan lintasan luar dan lintasan dalam, ketidaksamaan sumbu (misalignment) antara sumbu lintasan luar dan lintasan dalam, serta ketidaksamaan dimensi bola. Karena pada bantalan ini getaran yang dibangkitkan berhubungan erat dengan kecepatan putar bola dan cage (pemisah), maka terlebih dahulu perlu ditentukan kecepatan putar bola dan pemisah tadi.

3.2 Getaran Akibat Cacat Lokal pada Bantalan Bola
Mekanisme terjadinya getaran akibat adanya cacat pada bantalan adalah adanya impuls pada saat elemen rotasi mengalami tumbukan dengan cacat lokal. Untuk putaran poros yang tetap maka tumbukan akan terjadi secara periodik.

3.3 Tingkat Kerusakan
Tingkat kerusakan dapat dideteksi dengan adanya kenaikan amplitude getaran, dimana frekuensi getaran tetap konstan sesuai dengan jenis kerusakan pada komponen yang mana. Berdasarkan “Machine Condition Monitoring” gambar 6 terlihat bahwa untuk mesin normal (kondisi baik) menunjukkan amplitudo getaran yang relatif konstan selama kondisi normal, tetapi saat mulai terjadi kerusakan pada saat itu juga mulai menunjukkan kenaikan amplitude getaran (vibration level) yang cukup besar. Jika amplitudo getaran sampai pada batas repair level, maka mesin harus direparasi (breakdown) atau komponen harus diganti.

4. Peralatan dan Pelaksanaan Eksperimen

4.1 Peralatan Eksperimen
Eksperimen dilakukan pada mesin gerinda bangku (bench grinding machine), karena mesin ini tidak mempunyai komponen yang bergerak translasi, sehingga dapat diisolasi bahwa getaran yang terjadi hanya karena kerusakan bantalan.


4.2 Pelaksanaan Percobaan
Pertama kali mesin gerinda harus diukur frekuensi pribadinya dengan modal hammer dalam arah vertikal dan horizontal. Setelah itu pengukuran sinyal getaran dalam kedua arah di atas untuk mesin gerinda dengan bantalan baru (tanpa cacat) dan selanjutnya pengukuran getaran mesin yang menggunakan berbagai jenis bantalan cacat dan tingkat kecacatannya.

5. Hasil Percobaan dan Analisis Data
 Hasil pengukuran frekuensi pribadi mesin gerinda dalam arah vertikal dan horizontal dengan rentang frekuensi antara 0 – 250 Hz dapat dilihat pada tabel 1.

Kerusakan pada Pemisah (Cage)
Hasil pengukuran getaran akibat cacat ini diperlihatkan pada gambar 23. Kerusakan jenis ini tidak menimbulkan benturan sehingga tidak memperlihatkan getaran seperti pada cacat-cacat lainnya. Dari domain waktu terlihat sinyalnya seperti bantalan baru, hanya saja amplitudo getarannya lebih besar. Hasil Perhitungan Fundamental Train Frequency (FTF) = 19.67 sedangkan aktualnya 20 Hz. Perubahan amplitude getaran akibat kerusakan pada pemisah (cage) antara satu pemisah dan dua pemisah yang rusak tidak terlalu signifikan, sehingga tidak dilakukan pengukuran getaran lebih lanjut untuk tingkat kerusakan jenis ini.

Bantalan Bekas
Bantalan bekas hampir mempunyai segala jenis kerusakan baik lintasan dalam dan luar, pada bola maupun pada pemisah. Selain itu terjadi keausan sehingga kelonggaran antara lintasan dalam, bola dan lintasan luar cukup besar. Hal ini diperlihatkan oleh amplitudo getaran yang lima kali lebih besar dibandingkan bantalan baru yang diberi cacat lokal atau 20 kali lebih besar dari bantalan normal (baik) seperti hasil percobaan sebelumnya. Hasil pengukuran getaran ditunjukkan pada gambar 25. Frekuensi yang muncul sesuai tipe kerusakan bantalan adalah FTF 18 Hz, BSF 114 Hz, BPFO 159 Hz dan BPFI 238 Hz. Pada frekuensi tinggi memperlihatkan amplitudo yang cukup besar, hal ini disebabkan benturan antara metal dan metal lainnya yang cukup besar akibat kelonggaran, perhatikan skala ordinat 5 kali lebih besar.

Kesimpulan
Dari hasil eksperimen dan analisis di atas, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Getaran dari bantalan bola yang baru (baik) memperlihatkan getaran sinusoidal murni, sedangkan yang ada cacat lokalnya akan terlihat acak (random) atau benturan secara periodik.
2. Kerusakan pada lintasan dalam akan muncul getaran pada frekuensi di sekitar BPFI (Ball Pass Frequency Inner race).
3. Kerusakan pada lintasan luar akan muncul getaran pada frekuensi di sekitar BPFO (Ball Pass Frequency Outer race).
4. Getaran yang muncul pada frekuensi di sekitar BSF (Ball Spin Frequency) berarti terjadi kerusakan pada bola.
5. Kerusakan pada pemisah memperlihatkan sinyal getaran dalam domain waktu yang hampir sama seperti bantalan baru, tetapi akan muncul frekuensi FTF (Fundamental Train Frequency) yang menunjukkan terjadi kerusakan pada pemisah bola.
6. Tren kenaikan amplitudo getaran terhadap tingkat kerusakan baik untuk lintasan dalam, lintasan luar maupun pada bola menunjukkan fungsi eksponential.
7. Untuk bantalan bola bekas yang semua komponennya aus/rusak memperlihatkan munculnya getaran dengan frekuensi yang sesuai dengan semua jenis kerusakan diatas.


SUMBER :


Minggu, 01 Oktober 2017

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN

·         Definisi Metodologi
Metodologi penelitian merupakan sebuah cara untuk mengetahui hasil dari sebuah permasalahan yang spesifik, dimana permasalahan tersebut disebut juga dengan permasalahan penelitian.
Dalam Metodologi, peneliti menggunakan berbagai kriteria yang berbeda untuk memecahkan masalah penelitian yang ada. Sumber yang berbeda menyebutkan bahwa penggunaan berbagai jenis metode adalah untuk memecahkan masalah.
Jika kita berpikir tentang kata “Metodologi”, itu adalah cara mencari atau memecahkan masalah penelitian. (Research Institute Industrial, 2010).
Dalam Metodologi, peneliti selalu berusaha untuk mencari pertanyaan yang diberikan dengan cara-cara yang sistematis yang digunakan dan berupaya untuk mengetahui semua jawaban sampai dapat mengambil kesimpulan. Jika penelitian tidak dilakukan secara sistematis pada masalah, akan lebih sedikit kemungkinannya untuk dapat mengetahui hasil akhir. Untuk menemukan atau menjelajahi pertanyaan penelitian, peneliti akan menghadapi berbagai permasalahan,  dimana semua itu baru dapat diselesaikan secara efektif jika menggunakan metodologi penelitian yang benar (Industrial Research Institute, 2010).
Dalam istilah sederhana, metodologi dapat diartikan sebagai, memberikan sebuah ide yang jelas tentang metode apa atau peneliti akan memproses dengan cara bagaimana di dalam penelitiannya agar dapat mencapai tujuan penelitian.
Dalam rangka untuk merencanakan proses penelitian secara keseluruhan dan agar penelitian dapat selesai tepat waktu serta penelitian berjalan di arah yang benar, maka peneliti haruslah hati-hati dalam memilih metodologi. Sehingga proses pemilihan metode penelitian adalah bagian yang sangat penting di dalam proses penelitian. Dengan kata lain; Metodologi berguna dalam rangka memetakan pekerjaan penelitian secara keseluruhan dan memberikan kredibilitas kepada hasil penelitian yang dicapai nantinya.
Kesimpulan dari berbagai pengertian tentang metodologi di atas, menurut versi statistikian adalah: metodologi penelitian adalah sebuah upaya sistematis dalam rangka pemecahan masalah yang dilakukan peneliti agar dapat menjawab permasalahan-permasalahan atau fenomena yang terjadi.
Dengan menggunakan metodologi penelitian, peneliti akan dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan sehingga dapat menemukan solusi dari permasalahan. Serta kesimpulan-kesimpulan tersebut dapat dipercaya, sebab menggunakan pengukuran-pengukuran secara scientific.
·         Pengertian Penelitian Menurut Beberapa Ahli :

1.                  David H. Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang
pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.
2.                  J. Suprapto MA 
Penelitian ialah penyelididkan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati serta sistematis.
 
3.                  Sutrisno Hadi MA
Sesuai dengan tujuannya, penelitian dapat didefinisikan sebagai usaha untuk
menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.
 
4.                  Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu dengan melalui penyelidikan atau melalui usaha mencari bukti-bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh pemecahannya

·         Manfaat Metodologi Penelitian
  1. Menggunakan metodologi, peneliti dapat memudahkan pekerjaannya agar sampai pada tahap pengambilan keputusan atau kesimpulan-kesimpulan.
  2. Menggunakan metodologi, para peneliti dapat mengatasi berbagai keterbatasan yang ada, misalnya keterbatasan waktu, biaya, tenaga, etik, dan lain-lain.
  3. Kesimpulan yang diambil oleh peneliti dapat terpercaya.
  4. Kesimpulan yang diambil dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan.

Kata metodologi (metodologi penelitian), dalam Bahasa Inggris berasal dari dua kata yakni method dan logical. Method (metode) dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti
1.      cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan;
2.      sikap sekelompok sarjana terhadap bahasa atau linguistik, misalnya metode preskriptif, dan komparatif.
Logical berarti sesuai dengan logika, benar menurut penalaran dan masuk akal. Sedangkan penelitian dalam Bahasa Inggris yaitu research. Re berarti kembali dan search berarti  pencarian. Jika digabungkan maka research berarti pencarian kembali. Sehingga dapat kita tarik kesimpulan bahwa metodologi penelitian adalah cara-cara yang masuk akal untuk melakukan pencarian kembali. Dapat juga dikatakan bahwa metodologi penelitian adalah prosedur yang dipakai dalam melakukan suatu penelitian, dapat mengenai langkah-langkah kerja atau urutan.
Sebelum melakukan penelitian, seorang peneliti diharuskan menentukan terlebih dahulu tentang cara-cara atau metode  (atau metodologi penelitian) yang akan digunakan. Hal ini disebabkan karena metodologi tersebut akan menjadi semacam guidance dalam melakukan penelitian dari awal sampai akhir. Bagaimana jika suatu penelitian meniadakan metodologi penelitian? Maka yang terjadi adalah penelitian tersebut tidak mempunyai prosedur dan hasilnya tidak dapat dipertanggungjawabkan. Berikut adalah langkah-langkah yang terdapat dalam lingkup metodologi penelitian adalah pengidentifikasian masalah; perumusan masalah; pendekatan penelitian; penentuan metode penelitian misalnya dengan menggunakan metode penelitian historis, deskriptif, perkembangan atau development research, atau penelitian tindakan dan lain sebagainya.

Penggolongan Metode Penelitian di lihat dari Tingkat Eksplanasi

Terdapat banyak jenis metode jika kita lihat dari tingkat eksplanasi maka dapat metode penelitian dapat kita golongkan menjadi tiga (3) yaitu :
1.      Penelitian deskriptif adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan nilai-nilai suatu variabel;
2.      Penelitian komperatif adalah penelitian yang diadakan untuk membandingkan variabel-variabel penelitian dan terakhir adalah
3.      Penelitian asosiatif atau penelitian hubungan maksudnya adalah penelitian yang digunakan untuk mengetahui hubungan antar dua variabel atau lebih.

Metode penelitian jika dilihat dari analisis dan jenis data maka dapat dikelompokkan menjadi dua (2) jenis penelitian yakni :
1.      Penelitian kualitatif dan
2.      Penelitian kuantitatif.
Sedangkan jika dilihat dari metodenya terdapat delapan jenis yaitu :
1.      Penelitian survey, penelitian yang dilakukan dalam sebuah populasi dengan tujuan menemukan hubungan antar variabel atau distribusi;
2.      Penelitian ex-post facto, penelitian yang bertujuan untuk mengetahui sebab-sebab yang memicu terjadinya suatu peristiwa;
3.      Penelitian eksperimen, penelitian yang bertujuan untuk menemukan pengaruh antar variable;
4.      Penelitian naturalistic, penelitian yang digunakan untuk meneliti objek alami;
5.      Policy research, yang bertujuan meneliti masalah sosial;
6.      Action research, penelitian yang bertujuan untuk menemukan metode atau cara yang paling efektif;
7.      Penelitian evaluasi; dan
8.      Penelitian sejarah.

·         PENGERTIAN METODOLOGI PENELITIAN KUANTITATIF & KUALITATIF

1.      Metode Penelitian Kualitatif
Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah daripada melihat permasalahan untuk penelitian generalisasi. Metode penelitian ini lebih suka menggunakan teknik analisis mendalam ( in-depth analysis ), yaitu mengkaji masalah secara kasus perkasus karena metodologi kulitatif yakin bahwa sifat suatu masalah satu akan berbeda dengan sifat dari masalah lainnya. Tujuan dari metodologi ini bukan suatu generalisasi tetapi pemahaman secara mendalam terhadap suatu masalah. Penelitian kualitatif berfungsi memberikan kategori substantif dan hipotesis penelitian kualitatif.

2.      Metode Penelitian Kuantitatif
Adalah metode yang lebih menekankan pada aspek pengukuran secara obyektif terhadap fenomena social. Untuk dapat melakukan pengukuran, setiap fenomena social di jabarkan kedalam beberapa komponen masalah, variable dan indicator. Setiap variable yang di tentukan di ukur dengan memberikan symbol – symbol angka yang berbeda – beda sesuai dengan kategori informasi yang berkaitan dengan variable tersebut. Dengan menggunakan symbol – symbol angka tersebut, teknik perhitungan secara kuantitatif matematik dapat di lakukan sehingga dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang belaku umum di dalam suatu parameter. Tujuan utama dati metodologi ini ialah menjelaskan suatu masalah tetapi menghasilkan generalisasi. Generalisasi ialah suatu kenyataan kebenaran yang terjadi dalam suatu realitas tentang suatu masalah yang di perkirakan akan berlaku pada suatu populasi tertentu. Generalisasi dapat dihasilkan melalui suatu metode perkiraan atau metode estimasi yang umum berlaku didalam statistika induktif. Metode estimasi itu sendiri dilakukan berdasarkan pengukuran terhadap keadaan nyata yang lebih terbatas lingkupnya yang juga sering disebut “sample” dalam penelitian kuantitatif. Jadi, yang diukur dalam penelitian sebenarnya ialah bagian kecil dari populasi atau sering disebut “data”. Data ialah contoh nyata dari kenyataan yang dapat diprediksikan ke tingkat realitas dengan menggunakan metodologi kuantitatif tertentu. Penelitian kuantitatif mengadakan eksplorasi lebih lanjut serta menemukan fakta dan menguji teori-teori yang timbul.

·         Karakteristik penelitian
1. Tujuan penelitian adalah untuk memperoleh pengetahuan yang dapat menjawab berbagai pertanyaan-pertanyaan atau dapat memecahkan suatu permasalahan yang terdapat dalam batasan masalah.
2. Metodologi penelitian adalah pengetahuan yang mengkaji ketentuan mengenai metode-metode yang digunakan dalam penelitian.
3. Penelitian dan ilmu merupakan operasionalisasi dari metode yang digunakan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.
·         Proses penelitian
1. Masalah penelitian penelitian mencakup: penemuan masalah dan pemecahan masalah tahap:identifikasi bidang permasalahan, pemilihan atau pemilihan pokok masalah dan perumusan masalah kajian teoretis menyusun kerangka teoretis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian.

2. Pengujian fakta (data) mencakup: pemilihan, pengumpulan dan analisis fakta yang terkait dengan masalah yang diteliti data: sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan (0bservasi) atau survei. kesimpulan merupakan hasil penelitian yang memberi feed back pada masalah atau pertanyaan penelitian.
·       Macam macam penelitian sebagai berikut:
1.       Secara paradigmatik dikenal ada 3 (tiga) macam paradigma penelitian:
a.       Positivistik; fokusnya mencari hubungan antar-variabel --- Madhab Comtean (August Compte). Akar penelitian kuantitatif.
b.      Interpretif  (fokusnya pada makna suatu tindakan) --- madhab Weberian. Akar penelitian kualitatif.
c.       Kritik (fokusnya pada wacana. Wacana merupakan medan beroperasinya kekuasaan) --- madhab postmodernisme  (ideologi dan kekuasaan)

2.       Secara metodologik, terdapat 4 (dua) macam metode penelitain:
a.       Metode Kuantitatif dasarnya adalah semua persoalan kehidupan terjadi dalam hubungan sebab akibat.  Tindakan manusia merupakan akibat dari sebab-sebab tertentu.
b.      Metode Kualitatif dasarnya adalah manusia merupakan makhluk berkehendak bebas (free will)  yang bertindak atas dasar keinginan pribadi
c.       Metode Campuran (Mixing Methods) Kuantitatif dan Kualitatif dasarnya adalah logika triangulasi (hasil kualitatif bisa dikembangkan untuk diuji kuantitatif, atau hasil kuantitatif perlu diperdalam kepada para aktor secara  kualitatif)
d.      Metode Kritis/Refleksif – dasarnya adalah fungsi praksis (perbaikan) ilmu pengetahuan untuk mengkritisi dan mengubah situasi yang tidak manusiawi.

3.       Berdasarkan dorongannya, terdapat 2 (dua) macam penelitian:
a.       applied (terapan) tujuannya untuk menyelesaikan persoalan dengan  cepat
b.      pure  (murni) tujuannya untuk pengembangan ilmu pengetahuan

4.       Berdasarkan jenis  realitasnya (unit of analysis), terdapat  4 (empat) jenis penelitian:
a.       penelitian mikro objektif (misalnya tentang tindakan-tindakan individual)
b.      penelitian mikro subjektif (misalnya tentang pendapat, ide, pengalaman    individual).
c.       penelitian makro objektif (misalnya tentang pola-pola struktural umum yang kasat mata, seperti masyarakat, birokrasi, hukum, arsitektur, pendidikan dsb).
d.      penelitian makro subjektif (misalnya tentang pola-pola struktural umum yang tidak kasat mata, seperti  kultur, norma, dan nilai yang  ada di masyarakat)
e.      penelitian pertautan (linkage) antar dua atau lebih kuwadran (mikro-makro, subjektif-objektif)

5.       Berdasarkan sifat masalah dan tujuan penelitian terdapat
a.       Penelitian eksploratori: Menjelajahi fenomena baru
b.      Penelitian deskriptif: Memaparkan fenomena/fakta
c.       Penelitian eksplanatori: Menjelaskan (hubungan) dua atau lebih fenomena/fakta
d.      Penelitian Prediktif: Meramalkan kecenderungan fenomena/fakta berdasarkan data sekarang
e.      Penelitian Interpretif: Memahami fenomena (khususnya melalui tindakan verbal dan diskursif pelaku)
f.        Penelitian kritis: Memberikan penafsiran tandingan (alternatif) atas fenomena berdasarkan pendirian tertentu
g.       Penelitian historis: merekonstruksi rangkaian kejadian penting masa lalu.

6.       Berdasarkan perolehan data, terdapat 2 (dua) macam jenis penelitian:
a.       lapangan (field) (field research)
b.      teks (text analysis/studies)

7.       Berdasarkan  jenis data yang dikaji, terdapat  3 (tiga) kelompok besar  analisis data kualitatif:
a.       analisis teks dan bahasa
b.      analisis tema budaya
c.       analisis kinerja, dan pngalaman individual serta perilaku institusi

8.       Berdasarkan metodenya, teks dan bahasa dapat diteliti dengan:
a.    Analisis Isi (Content Analysis)
b.    Analisis Wacana (Discourse Analysis)
c.     Analisis Wacana Kritis (Critical Discourse Analysis)
d.    Analisis Bingkai (Framing Analysis)
e.    Analisis Semiotik (Semiotic Analysis)
f.     Analisis Konstruksi Sosial (Social Construction Analysis)
g.    Hermeneutika (Hermeneutics):
-       Hermeneutika Intensionalisme --- makna teks ditelusur dari penyusun teks.
-       Hermeneutika Gadamerian. ---  makna teks ditelusur pada pembacanya.

·       6 Tahap dalam proses Riset
Langkah 1 : Menentukan tujuan penelitian dan rumusan masalah penelitian 
Sebelum kita melakukan sebuah riset, kita harus mengetahui masalah apa yang ingin kita cari tahu jawabannya melalui penelitian kita. Dalam tahap ini kita menentukan tujuan penelitian yang akan kita lakukan, latar belakang informasi yang relevan, dan bagaimana informasi tersebut dapat bermanfaat bagi kehidupan. Biasanya individu atau organisasi melakukan riset untuk tiga tujuan dasar : (1) untuk mempengaruhi atau membujuk audiensi, (2) untuk membuat inovasi baru, (3) untuk memahami atau memprediksi perilaku manusia atau fenomena. 

Bagi perusahaan, riset biasanya berperan penting dalam menyediakan informasi yang diperlukan untuk mengambil kebijakan (baik di level low management hingga top management), maka sebelum melakukan riset kita perlu melakukan diskusi pihak manajemen agar hasil riset dapat membantu menjawab masalah perusahaan. Beberapa tujuan riset bagi perusahaan diantaranya untuk mengetahui potensi pasar yang baru, alasan mengapa penjualan menurun, untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, dsb. 

Langkah 2 : Menentukan pendekatan penelitian
Setelah kita mengetahui apa yang ingin diteliti, kemudian kita menentukan pendekatan penelitian. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan meliputi pencarian teori yang mendasari, membuat rumusan masalah dan hipotesis . Pendekatan yang digunakan dalam penelitian bisa berbeda tergantung pada masalah apa yang ingin diteliti. Secara umum ada empat pendekatan penelitian, antara lain: 
·                      Pendekatan kuantitatif (quantitative approach), yaitu pendekatan riset yang umumnya berasosiasi dengan paradigma positif dimana periset memiliki satu atau beberapa hipotesis awal. Pada pendekatan ini data dikumpulkan dan diubah menjadi angka-angka sehingga dapat dilakukan perhitungan statistik.
·                     Pendekatan kualitatif (qualitative approach), biasanya berasosiasi dengan paradigma konstruk sosial. Pendekatan ini pada dasarnya adalah merekam, menganalisa, dan menggali pemahaman mendalam mengenai sesuatu seperti perilaku manusia. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mendapatkan pemahaman mendalam dari pengalaman seseorang, bukan untuk men-generalisir terhadap semua orang.
·                     Pendekatan pragmatis (pragmatig approach/ mixed method) yaitu menggunakan gabungan pendekatan (kualitatif dan kuantitatif) untuk menjawab satu masalah penelitian. Misalnya, peneliti ingin mengetahui apa yang mendorong konsumen untuk membeli produk jus kaleng. Langkah awal peneliti tersebut melakukan wawancara ke beberapa konsumen dan diperoleh beberapa faktor pendorong. Kemudian periset menggunakan pendekatan kuantitatif untuk menguji apakah faktor-faktor tersebut juga mempengaruhi konsumen lain.
·                     Pendekatan advokasi (advocacy/participatory approach). Tujuan utama dari pendekatan ini adalah untuk memberi perubahan positif atau mempengaruhi orang lain bukan untuk mendeskripsikan sesuatu. Pada pendekatan ini partisipasi aktif dari responden/narasumber diperlukan dan biasanya peneliti menjadi bagian dari kelompok yang ditelitinya.

Langkah 3 : Memformulasikan desain riset (research design) 
Sama seperti dua langkah sebelumnya, tahap formulasi desain riset ini masih dalam proses perencanaan. Seperti yang dikatakan dalam Malhotra, desain penelitian merupakan acuan (guideline) dalam melakukan riset. Dalam tahap ini kita memilih klasifikasi riset yang akan digunakan, membuat hipotesis (untuk penelitian kuantitatif), menentukan metode pengambilan data, merancang alat pengumpulan data dan skala pengukuran, memilih dan menentukan jumlah responden, dan merencanakan metode analisis data. 
Langkah 4 : Pengumpulan data (fieldwork)
Proses pengumpulan data meliputi pemilihan wilayah kerja, melakukan training tenaga lapangan, supervisi, validasi data, dan evaluasi. Hal terpenting dalam pengumpulan data adalah tenaga surveyor (untuk yang menggunakan survey) dan interviewer (untuk yang melakukan interview) sudah terlatih dalam mengumpulkan data. Hal ini dikarenakan proses pengumpulan data memakan waktu yang cukup panjang sementara biasanya hasil riset dibutuhkan segera. Selain itu dalam tahap ini biasanya kerap terjadi eror sehingga perlu dilakukan supervisi dan evaluasi. 

Langkah 5 : Menyiapkan dan menganalisis data 
Ribuan data yang sudah dikumpulkan tentu tidak dapat memberikan informasi yang kita butuhkan jika tidak diolah dan dianalisis. Data-data yang sudah dikumpulkan tersebut kemudian diperiksa atau di-edit. Kemudian dilakukan coding (pemberian kode untuk mempresentasikan setiap respon dari pertanyaan). Setelah itu dibuat trankrip dan disimpan dalam media penyimpan, atau diinput langsung ke dalam komputer. Data yang sudah diinput kemudian diolah menggunakan software agar dapat dianalisis. 

Langkah 6 : Mempersiapkan laporan penelitian 
Agar hasil temuan penelitian dapat bermanfaat dalam pengambilan keputusan dan dapat dimengerti oleh orang lain maka hasil riset tersebut harus dibuat laporannya. Format laporan umumnya menyertakan: tujuan dan masalah yang diriset, metode penelitian yang digunakan, temuan-temuan penting, serta kesimpulan dan saran. Laporan tersebut harus dibuat dalam bentuk yang komprehensif dan mudah dibaca. 

·       Paradigma penelitian
Paradigma kuantitatif :
a. Paradigma tradisional, positivis, eksperimental, empiris.
b. Menekankan pada pengujian teori-teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik.
c. Realitas bersifat objektif dan berdimensi tunggal.
d. Peneliti independen terhadap fakta yang diteliti.
e. Bebas nilai dan tidak bias.
f. Pendekatan deduktif.
g. Pengujian teori dan analisis kuantitatif.

Paradigma kualitatif :
a. Pendekatan konstruktifis, naturalistis (interpretatif), atau perspektif postmodern.
b. Menekankan pada pemahaman mengenai masalah-masalah dalam kehidupan sosial berdasarkan kondisi realitas.
c. Realitas bersifat subjektif dan berdimensi banyak.
d. Peneliti berinteraksi dengan fakta yang diteliti.
e. Tidak bebas nilai dan bias.
f. Pendekatan induktif.
g. Penyusunan teori dengan analisis kualitatif.

Perbedaan paradigma kuantitatif dengan paradigma kualitatif
Perbedaan antara Paradigma Kuantitatif dengan Paradigma Kualitatif terletak pada asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian. Perbedaan selanjutnya akan memengaruhi strategi dan desain penelitian. Perbedaan asumsi tersebut di antaranya adalah sebagai berikut :

1. Hubungan peneliti dengan fakta yang diteliti menurut paradigma kuantitatif diasumsikan bersifat independen sehingga peneliti dapat menguji realitas fakta secara objektif, terbatas pada dimensi tunggal, bebeas nilai. Sebaliknya menurut asumsi paradigma kualitatif, penelitian berinteraksi dengan fakta yang diteliti sehingga lebih bersifat subjektif, tidak bebeas nilai,

2 Proses penelitian paradigma kuantitatif menggunakan pendekatan deduktif, sedangkan pada penelitian paradigma kualitatif menggunakan pendekatan induktif.

3. Paradigma kuantitatif menekankan pengujian teori dengan analisis kuantitatif dibandingkan pendekatan kualitatif yang memberikan tekanan pada penyusunan teori melalui pengungkapan fakta dengan analisis kualitatif.

·        KESIMPULAN
Metodologi penelitian merupakan sebuah cara untuk mengetahui hasil dari sebuah permasalahan yang spesifik, dimana permasalahan tersebut disebut juga dengan permasalahan penelitian. Maka dari itu, metodologi penelitian sangat berguna untuk meneliti sebuah hal dengan hasil lebih detail dan spesifik. Karena pada dasarnya, manusia selalu berusaha untuk meneliti segala suatu hal untuk mengembangkan ilmu dan menambah wawasan. Oleh sebab itu, Metodologi penelitian sangat berguna agar ketika seseorang ingin mengetahui sebuah hal. Tentu nya akan mendapatkan hasil yang spesifik. Mengapa begitu? Karena penelitian dipengaruhi oleh kewajiban dan tuntutan dari sebuah profesi tiap orang.

·        SUMBER